Banda Aceh, 22 Maret 2014 jam 08.03 WIB. *tulisan lepas
Pagi ini aku mau
ngebahas masalah yag sedang terjadi di kalangan mahasiswa tingkat akhir.
Masalah yang (katanya) memusingkan pikiran, membuang energi dan nguras uang
tentunya. Yah, apalagi kalo bukan SKRIPSI. Banyak yang mengubah penyebutannya
menjadi Sciptsweet lah atau bahkan scripshit. Memang terkadang
aku ga bisa membohongi hati bahwa mata kuliah atau apalah itu memang terkadang
sh*t.
Mungkin karena aku
yang memang ga cocok dengannya atau bagaimana, kami ga pernah akur. Aku mencoba
untuk PDKT dengannya tapi semakin aku mendekat semakin dia menjauh. Aku udah
paksakan diri untuk menyukainya tapi sepertinya cintanya belum berpihak padaku.
Apa yang salah denganku? Aku cantik, imut, dan cukup terkenal *sumpah, jijay.
Yah, memang dulu
waktu semester-semester muda aku bisa dibilang pengejar nilai juga disamping
mengejar ilmunya. Aku sadar, nilai di awal nanti akan berdampak di kemudian
hari. Istilahnya susun strategi. Dan terbukti. Semakin lama semakin enek aku
dengan perkuliahan ini. Tapi untung nilaiku masih aman. Untunglah dulu aku
rajin #eh?.
Tapi aku iri beut sama teman-teman yang begitu semangat
mengerjakan penelitian dan skripsi. Sebenarnya aku juga suka penelitian. Suka
banget pun bahkan. Cuma aku ga suka sama penulisan laporannya aja. Masalah
seminar, aku juga suka bicara di depan umum, aku suka seminar bahkan sejak dulu
aku sangat suka mata kuliah kalo ada presentasi ke depan kelas. Hanya saja aku
ga suka menulis proposalnya. Kalo aja ada orang yang mau nulisin, aku baca dan
tinggal memahami, lalu aku actionkan, dia nulis laporannya, kan beresss.
Huaaaa..mikir apa sih?
Teman-temanku
banyak yang ikut proyek dosen. Aku dulu awalnya juga gitu. Seorang dosen pernah
menawarkan kepada mahasiswa tentang proyek beliau. Aku diajak seorang teman
untuk bergabung dalam proyek itu. Memang sih, sejak awal aku juga udah ragu dan
ga yakin 100%. Tapi daripada aku kosong, pikirku. Dan yeah, sesuatu yang tidak
dimulai dengan cinta dan niat memang akan kandas di tengah jalan. Entah mengapa
aku begitu malas mengerjakan proposal itu. Aku lebih tertarik bergabung di
organisasi dan membuat propsal kegiatan daripada proposal penelitian. Dan
dosenku juga sadar bahwa aku lebioh kesana daripada ke beliau. Yah, buk,
maafkan aku. Aku ga bisa membohongi hati ini walaupun selama ini aku
yah...coba-coba suka lah.
Akhirnya apa?
Memang proposal itu tidak selesai, karena gak aku kerjakan ( sepenuhnya). Aku
udah ngerjai semampuku, aku udah cari bahannya, mencoba mengerti apa yang
dibahas, namun ga kunjung mengerti. Aku kurang paham masalah esterifikasi,
patchouli ah apalah itu. Ditambah ibu juga terlalu sibuk dan melepaskanku
begitu aja. Ya memang aku ga sepenuhnya menyalahkan ibu juga (loh?). Aku sadar
aku juga begitu slengekan dan php kali ya bu. Tampangnya aja aku
anak akademik banget, tapi sebenarnya tidak. Hiks. Maafkan saya ibu-bapak dosen
yang sering terkecoh dengan IPK saya. Tapi aku juga ga bilang IPK itu aku
dapetin “mudah”. Aku juga mati-matian dapatinnya. Nyontek? Bukan gayaku kalau
dalam ujian.
Sekarang jujur,
aku pusing banget. Rasanya beban di kepala dan pundak ini begitu berat.
Permintaan ortu yang mengharuskan aku udah sidang sebelum bulan Agustus 2014,
dosen pembimbing yang bertanya tentang proposal penelitian, bahkan laporan
praktek lapangku pun belum kelar. Oh Tuhan. Ditambah lagi aku mendapat amanah
sebagai DPMU di sini. Jujur, aku malah lebih tertarik menyelesaikan masalah
yang berkaitan DPMU daripada masalah kampus ini. Gak menarik menurutku. Atau
aku yang tidak mencari something yang menarik kali ya?
Sebenarnya aku
juga udah revisian. Itu..sebenarnya kecelakaan juga. Haih. Bermasalah dengan
dosen juga. OMG. Lengkaplah sudah.
Ceritanya? Ceritanya gini. Ketika itu aku baru mengikuti pelatihan
mentor di ya..ada sebuah program dari kampus. Dan aku begitu bersemangat, sampe-sampe
aku ga sadar jariku udah ngetik tulisan di hp dan send ke dosen yang
berbunyi, “bu, saya siap jadi asisten Lab”. *ngiiiing.
Aku mikir lagi
tentang keputusan itu. Dan sialnya, aku berubah pikiran. Dan aku menganggap
awalnya itu tidak akan berdampak apa-apa jika kukatakan. Aku pun menemui sang
ibu dan mengatakan pembatalanku dengan santai. Dan o ow. Aku tidak menyangka
ternyata beliau begitu kecewa dan marah. Mati gue.
Aduh, aku merasa bersalah, aku pun keluar dari ruangan dosen dengan
perasaan menyesal dan ga tau harus ngapain. Disisi lain memang aku bersalah,
tapi disisi lainnya aku merasa tenang, lega. Kurasa aku memang dari awal ga
menginginkan jadi asiten itu, cuma si kurang ajar semangat kemaren itu udah
mempengaruhi jariku untuk mengirim pesan itu. OMG...
Pas keluar ruangan
ga ada tempat lain yang kudatangi selain musola. Untung lagi ga ada orang. Aku
pun nangis sejadi-jadinya disitu. Merasa bersalah, mengecewakan dan
semuanyalah. Memang ya, kalo udah nangis, setengah beban langsung ilang
*cliiing di pundak. Hah, alhamdulillah deh. *bisa nangis juga rupanya aku bah.
-__-‘
Sekarang gimana?
Entah. Aku udah merevisi proposalku di laptop tapi belum aku cetak. Jujur, aku
ga puas dengan proposal yang kutulis. Memang sih, ini awalnya karena tuntutan
dari sang dosen yang meminta proposalku. Aku ya ngasal cari judul lah dan
ya..buat-buat aja. Tapi ga dapet feel nya. Aku ga sreg, gatau
kenapa. Orang-orang yang baca judulnya pun memberikan ekspresi yang seolah
mengatakan, ‘oh..biasa aja”. Sial,. Aku ga suka. Aku tau memang, itu ga boleh.
Tapi ya, itu juga mempengaruhi. Andai dikatakan yes aja atau ekpresinya
menunjukkan awesome aja, mungkin ga bakal kayak gini. Atau memang aku ga
berjodoh dengan judul itu? Aku juga lagi nyari-nyari judul yang membuatku
greget dan membuatku mampu mempertahankkan argumen kelak waktu seminar hasil.
Alasan aku memilih itu dan lainnya. TAPI AKU BELUM DAPAT HIDAYAAAAAHHHHH. Oh
Allah, aku ga tau lagi harus bagaimana. Kalopun aku malas, tolong ilangin rasa
malasku. Kasi ide dan inspirasi padaku. Aku ga mau setengah-setengah Robb. Kalo
pun lama, tapi dia membuat wow...gitu. Ga Cuma, ah..Maaf ya Allah aku banyak
tingkah, tapi ya kayak gitu Robb..Aku harus bagaimana lagi? Sedangkan waktu
tinggal 5 bulan lagi. Bisa?
Tolong pahamkan
ayah-ibuku ya Allah. Aku..hiks sepertinya banyak banget udah ngecewain mereka.
PHPin mereka. Hiks hiks hiks. Kalo mereka udah nanya, rasanya 1 tusukan
langsung menghujam jantungku. Sakit ya Allah L. Tapi ya, ya gitulah. Mo gimana lagi. Passionku bukan
disitu. Cukuplah selama ini aku menahan dan membohongi hati. It’s enough. Aku
akan terus do the best of my best. Please God, help me, as always. Aku tidak
akan meninggalkanMu...
@diyasang