Banda
Aceh, 10 Maret 2014 ; 21.07 WIB
“ Tuliskan
mimpi Anda, di kertas, di buku, di memo handphone, atau dimana saja yang bisa
Anda lihat sewaktu-waktu. Jangan cuma dibiarkan di dalam pikiran, karena suatu
hari bisa hilang dan lupa”.
Oke, salah satu mimpiku adalah : mengikuti seminar Ippho
Santosa, secara gratis. Karena pernah, Ippho membuat seminar di Banda Aceh,
fee nya 150 ribu untuk yang biasa, sedangkan yang VIP 250 ribu. Pada
saat itu aku ragu. Benar seperti yang dikatakan Mas Ippho, yang ragu lah yang
tidak selamat.
Impian itu pun aku tulis dengan ‘nekat’ nya di buku catatanku (
tapi aku cari-cari lagi entah dimana catatannya )- yang pasti seingatku, aku
pernah menuliskan kata GRATIS disitu. Apapun yang terjadi, optimis sajalah. Kita
ga pernah tau cara Allah. Pasti akan, suatu hari nanti.
...
Suatu hari, ada
BBM dari seorang abang letting yang mengatakan bahwasanya akan ada seminar
Ippho di Mesjid Kampus, Mesjid Jamik tanggal 9 Maret 2014. Pada saat membaca
itu aku ga mau mikir panjang lagi. Berapapun akan kubayar. Kesempatan jarang
datang kedua kali.
Oke, aku tanya berapa feenya, tapi ada sedikit yang aneh dari BC
itu. Sepertinya, ada kata...GRATIS. Dan aku check lagi ternyata memang
benar. GRATIS. Aku tersenyum haru. Inikah kesempatannya, Allah? Izinkan aku
untuk datang kesana ya Allah. Dan tanpa pikir panjang juga, aku langsung
daftar. Bismillah.
Aku salah satu
anggota di Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas di Unsyiah, dan ternyata kami
juga mendapatkan undangan ke acara itu. Baguslah, berarti ada kesempatan untuk
duduk di posisi terdepan sebagai undangan. Aku pun menuliskan harapan itu di Personal
Message BBMku. Lagi-lagi, bismillah.
9 Maret 2014, 08.00 WIB
Salah satu adik
letting (1) memberikan kabar bahwasanya pesertanya sudah lumayan ramai. Aduh,
aku sedikit panik namun mencoba santai. Aku menungu seorang teman yang juga
akan ikut ke seminar itu. Di dalam hati aku terus berkeyakinan bahwa, kalau
rezeki, aku pasti duduk terdepan. Aku pun bershalawat terus untuk itu. Yakin.
Yakin. Yakin.
Hampir jam 9 kami
berangkat ke mesjid. Memang sudah lumayan ramai, namun peserta yang
laki-lakinya masih sedikit. Aku dan temanku tentu berada di posisi tempat duduk
paling belakang. Aku meminta tanggapan ketua DPMU tentang undangan itu karena ia salah satu panitia. Namun beliau
cuma bisa tertawa sambil berkata, “ siapa suruh datang terlambat. Di
undangan jam 8, ini jam berapa? Lagian jangan ambil hak orang di depan”. WHAT?
Oke, fine. Undangan tiada artinya.
Aku melirik-lirik
ke depan, berharap ada posisi kosong untukku duduk. Sampai akhirnya, aku dan
beberapa teman nekat ke depan, memaksakan mencari tempat kosong. Sesampai di
depan, kku mulai panik ternyata memang tidak ada tempat kosong sampai akhirnya
aku pun menyumpel di pinggir di samping pembatas antara perempuan dan lelaki. Sedangkan
temanku yang lain, pindah ke belakang lagi. Ya Allah, malu juga sih, tapi ini
usaha. Demi...
Kalau rezeki
memang enggak kemana. Entah mengapa juga, tetiba panitia menggeser papan
pembatas ke samping dengan artian memperlebar tempat ke samping. Dengan cepat
aku nyungsep ke depan dan yes, duduk paling depan, paling pinggir dekat
pembatas atau dengan lebih tepat, posisi di tengah-tengah, depan dan sangat PW
( Posisi Wenak ).
Dalam hati aku terus mengucap syukur atas ini. Ini benar-benar
rezeki dan kesempatan emas *maaf jika terkesan alay, tapi aku memang pingin
banget. >,<
***
Seminar pertama
disampaikan oleh Teuku Wisnu. Waw, baru ini ketemu artis di depan mata dengan
jarak yang ga nyampe se-meter. Aku cuma senyum aja. Mantaplah.
Sang artis bercerita tentang kegigihannya dari dulu sampai sekarang
menjadi artis terkenal. Memang cerita yang inspiratif. Intinya memang, jangan
pernah menyerah akan mimpimu. “Bermimpilah, Tuhan akan memeluk mimpimu”.
Seperti itu..
Hingga sesion kedua yang telah kutunggu-tunggu, seminar Ippho
Santosa. Aku sungguh bersyukur ( lagi ) diberi kesempatan ini. Sudah lama aku
menginginkan ini. Dan Allah mengabulkannya di saat yang tepat, momen yang
tepat. Aku luruskan niatku untuk mencari ridhoNya dan membuka hati dan
pikiranku untuk ilmu Ippho. Kuniatkan tulus karena Allah, jika berlebihan, maka
aku mohon ampun.
Jelas. Seminarnya
tak kalah menarik bahkan lebih menarik dari membaca bukunya. Oya, aku sudah
membaca semua buku yang dituliskannya dan aku juga punya semua bukunya ( hanya
saja, aku heran, entah dimana semua buku itu ) -_-‘.
Ada 7 Keajaiban Rezeki, Percepatan Rezeki, Marketing is Bullshit,
10 Jurus Terlarang, 13 Wasiat Terlarang, Hanya 2 Menit dan Moslem Millionaire.
Dua buku sebelum terakhir merupakan pinjaman dan buku terakhir hadiah. Aku
beruntung. Sangat!
Aku fokus
mengikuti seminarnya, tentang ilmu yang disampaikannya, sampai ke prakteknya.
Yang sangat aku tangkap adalah tentang sedekah ekstrim dan sedekah yang utama.
Sedekah yang utama adalah sedekah yang membuat kita merasa berkorban,
membuat kita sampai menangis!”. Oh-
Dan di sesion terakhir, usai seminar, Ippho berkata yang kurang
lebihnya,
“ Kita jangan cuma teori ya, gimana kalo kita praktek ya
sedekahnya, setuju?”
“SETUJU....”
“Oke, semakin cepat Anda bersedekah maka semakin cepat Allah
membalasnya. Keluarkan sedekah terbaik Anda!’.
Aku segera merogoh
tasku dan mengeluarkan almamater ( yah, yang sudah dipersiapkan sebagai peserta
undangan ). Aku tau persis berapa jumlah uang yang ada di dompetku. Ada 3
lembar uang merah di dalamnya. Pertamanya aku hanya mengambil selembar dan
meletakkannya di depan. Oke, peserta yang lain juga berlomba-lomba memberikan
sedekah terbaiknya. Ada yang mengganjal di hatiku. Uang yang ada di dompet yang
mengganjal pikiranku. Aku tidak tau mengapa, sampai akhirnya akupun mengambil
selembar lagi dan meletakkannya. Sampai aku belum puas hingga uang terakhir itu
aku lemparkan. Padahal, itu uang pembayaran listrikku. Ah, optimis sajalah.
Aku melihat, adik lettingku menangis. “Kenapa?” tanyaku.
“Gapapa kak, aku sedekahkan Al Quranku..”
Subhanallah. Aku terdiam. Aku tau bahwa Al Quran itu Al Quran
kesayangannya, Al Quran pelangi sebagai jadiah dari abangnya. Selain uang, ia
melepaskan Al Qurannya. Dan entah kenapa, tanpa dikomando juga aku merogoh
tasku dan mengambil Al Quranku satu-satunya itu. Aku masih punya Al Quran di
HP, pikirku. Bismillah, aku pun meletakkannya diatas Quran sang adik. Aku
senyum kepadanya. Aku bangga padanya, sejak pertama jumpa. Entahlah. Nanti aku
akan buat tulisan tentang dia.
Ternyata bukan
cuma aku yang kurang puas akan sedekah masing-masing. Adik lettingku yang lain
(2) selain memberikan uang, ia juga
melepas jam tangan, Al Ma’tsurat juz 28,
29, 30 dan apa yang ada di dalam tasnya. Sampai di detik terakhir, ia berbisik
padaku, “Kak, kita sedekahkan tas kita ini yok..” APA? MasyaAllah. Aku ga sampe
terpikir seperti itu. Aku cuma bisa membalas pake senyum. Silahkan, ucapku.
Namun mungkin sikapku membuat ia mengurungkan niat tulusnya itu. Aku hanya ga
bisa berfikir jernih. Ragu. Hehe. Bukan karena tasku mahal ( alah, murah pun
ini ), tapi nanti aku pulang bawa barang-barangnya pake apa? Hihihi. T,T.
Walaupun begitu,
entah mengapa aku masih belum puas. Aku niatkan sedekah itu mencari RidhoNya
insyaAllah. Aku merasa, seperti belum berkorban. Mungkin belum menjadi sedekah
yang utamakah? Entahlah. Aku hanya minta ditenangkan sama Allah. Berhusnuzan
sama Allah. J
“Dan bersedekahlah kamu baik secara terang-terangan maupun
sembunyi-sembunyi..”
Itu ayat di Al Quran, tapi aku lupa surat dan ayat apa. Tidak ada
yang salah dengan kedua cara itu. Yang pennting, niatnya.
.......................................................
Uang yang
terkumpul begitu banyak, dan aku juga melihat ada 3 Al Quran, serta 2 buah
gadget. MasyaAllah. Huaa..iri banget bisa sedekah besar-besaran kayak gitu.
InsyaAllah, suatu hari nanti ( niatkan saja ).
Tentu, harapannya,
semoga apa yang telah disedekahkan menjadi sesuatu yang berguna untuk mereka
yang mebutuhkan. Allah saksinya.
***
Pertama sekali
melihat Al Quran pelangi, ada rasa ingin yang timbul di dalam hatiku. Aku ingin
Al Quran itu. Ya Allah, kabulkanlah~
Keinginan itu tentu jauh sebelum acara seminar Ippho. Sumpah, envy
banget aku. Dan berharap, aku memang akan mendapatkan itu. Aku yakin pasti
dapat. Aku mulai menabung. Selain untukku, aku juga ingin memberikannya kepada
orang lain. Bismillah, suatu hari.
Cara Allah memang
tidak bisa ditebak. Setelah seminar, karena tidak ada mushaf lagi, aku membaca
Al Quran melalui Androidku. Harus dibiasakan. Karena aku harus menabung uang
juga. Sebenarnya aku masih punya sisa uang di atm, tapi uang itu aku niatkan
untuk modal berwirausaha. Sedikit sih memang, makanya aku pancing pake sedekah. Semoga bisa jadi double,
trible, quarteble, dll. Hehe.
***
“Kak, dimana? Aku mau
cerita..”
SMS adik letting ( 1 ).
“ di rumah, nyuci. Entar lagi ke kampus kalo udah siap”
“oke”
Beberapa menit kemudian,
“Kak, udah dimana?”
“Masih di rumah, n masih nyuci, hehe”
“-_-‘
Sampai ketiga kalinya di menit selanjutnya,
“Udah siap?”
“Kakak nunggu solat zuhur dulu ya..”
“Gubrak”
***
Setelah selesai,
akupun berangkat ke kampus. Awalnya berat sekali, tapi ya, mungkin dia butuh
bantuanku. Jadi teringat surat At Taubah
: 41
“dan berangkatlah kamu dengan rasa ringan maupun berat...”
Okelah..
Sampai di kampus,
aku bertemu dengannya. Dia memanggilku untuk mengikutinya sebentar ke gedung
Type C disamping kantin.
“Ada yang mau aku bilang......ini...” Ia merogoh tasnya. Aku ga
memikirkan apa-apa ketika itu, karena aku ada janji dengan orang lain untuk
berbicara proyek, jadi tidak begitu fokus.
Lalu dia mengeluarkan plastik yang berisi sesuatu.
“Ini aku kasih untuk kakak. Aku mikir, ngapain mesti pas ultah
kakak, kakak kan butuhnya sekarang. Lagian Al Quran kakak juga udah ga ada..”
Tau apa? Itu Al Quran pelangi!
Aku teriak ( sumpah alay ). MasyaAllah, Subhanallah,
Alhamdulillaah. Dan kami pun mulai lebay-lebayan. Ketawa sendiri kayak orang
gila.
“Makasih ya...(sayang)” – Sayangnya aku ucapkan dalam hati. Hahaha.
“Plis kak, jangan lebai..”
“Alah, kita sama-sama lebai pun. Hahaha”
Speechless? Tentu.
Aku cuma bisa berucap syukur pada Allah. Aku..pernah menuliskan ini, walau di
PM BBM. Allah, entahlah. Allah itu Maha Rahman, Maha Mengerti hambaNya. Ini
masih hal kecil. Jadi teringat kata-kata Ippho,
“Bagi Allah, memberikan uang 1 juta sama 1 triliun itu, sama
mudahnya”.
Kun fayakun!
MasyaAllah,
Aku sangat tau bahwa adik itu sedang menabung, dia punya keinginan
ke Jakarta ( katanya ). Ketika kutanya, “mengapa membelikan Quran itu, bukannya
lagi nabung?”. Tak kusangka jawaban yang cukup membuatku merasa *awesome*
keluar dari mulutnya, “ Menabung dengan cara bersedekah..”. MasyaAllah.. Aku
suka sekali orang seperti ini. Kanan banget! Kalau ketemu orang yang sepikiran,
memang anugerah, disamping bertemu semua orang juga anugerah.
Aku pun tak luput
dari kesalahan, yang mengetahui niat hanya Allah. Aku minta maaf jika tulisan
ini berlebihan ( ya, walaupun ini kan blog pribadiku, hehe ). Dengan segala
kerendahan hati aku minta maaf dan kepada Allah minta ampun dan rahmat.
Alhamdulillah.
Sebiru hari ini, Seindah hati kita.
Kuatkan ukhuwah kami, sampai ke surga, Illahi.
“Berdoalah, maka akan Aku perkenankan untukmu..” Al Mukminun : 60.
Allahu akbar. Semogga kami menjadi pengusaha kaya raya yang dunia
di tangannya dan akhirat di hatinya. Karena salah satu impianku juga adalah,
mengucapkan kalimat seperti ini di depan orangtua dan orang lainnya, “
Silahkan pilih, aku yang bayar..” *Terinspirasi dari kata-kata adik
kandungku.
Amin, InsyaAllah~
Semoga menginspirasi..
@diyasang
*Adik
letting (1) : Mahdawani
*Adik
Letting (2) : Linda
![]() |
Ini hasil pengumpulan sedekahnya |
0 komentar:
Posting Komentar