Untuk kali ini, saya mau jadi sedikit alay dengan berpuisi. Saya ga bisa berpuisi, tapi, seperti hukum qisas, mata dibayar mata, tangan dibayar tangan, nyawa dibayar nyawa, maka puisi dibayar puisi. Saya ingin membalas sebuah puisi atau sajak dari seseorang.
Maaf jika terlalu alay, jujur, ini bukan saya banget. # Plis.
baca aja, biar saya ada kawan untuk ber alayers.
Check itu out :
Pagi itu, terasa beda.
Di dalam dhuhaku, kulihat wajahmu.
Entah mengapa.
Aku hanya merasa, merindukanmu.
Satu hal yang harus kau tau,
Aku, Mencintaimu.
Rasanya, do’a dhuha ku begitu cepat terkabul.
Beberapa menit setelahnya, kau datang
Aku melihatmu begitu bahagia.
Sungguh bahagia.
Berbunga-bunga rasanya.
Aku temui kau dengan kegugupanku.
Aku tak berani, menatapmu, walau kau terus mengajakku berbicara dan tersenyum manis padaku.
Kita punya waktu berdua.
Walaupun aku sadar, di dunia ini bukan hanya kita berdua.
Dan aku sadar, disekeliling kita, banyak berkeliaran manusia.
Sepanjang obrolan,
Di sebuah kesempatan, kukatakan padamu, dengan suara gugup bahwa
Aku Mencintaimu,
diam-diam.
Kau sepertinya terkejut.
Tapi kau sepertinya juga terharu.
Kau terdiam, tanpa berkata, terus melihatku.
Aku mengatakan itu dengan butiran bening yang mengalir deras di pipiku.
Aku menangis karena aku bahagia.
Bahagia sekali berjumpa denganmu.
Sesak dadaku ketika mengatakan itu,
tapi kelegaan menyambutku.
Kau tersenyum kepadaku.
Butiran bening itu hanya bisa terus mengalir di pipiku.
Aku menangis, dan itu karena kau.
Kau bertanya,
Bagaimana bisa aku mencintaimu padahal kita tidaklah dekat.
Aku tidak tahu harus menjawab apa.
Yang aku tahu, Allah lah yang menghimpun hati kita.
Dan tidak perlu alasan untuk mencintai, bukan?
Dan, kau pun tahu pada hari itu.
Aku malu. Sungguh.
Tapi pada saat itu, begitulah perasaanku.
Hah…
Kubaca tulisanmu ketika itu,
Butiran itu menggenang di sudut mataku.
Kau menuliskan tentang itu.
Sungguh terharu hatiku
Oh, kau yang disana.
Aku terlalu egois mencintaimu.
Aku cemburu melihat kau dengan yang lain.
Aku tau, aku bukan siapa-siapamu,
Bahkan, kita jarang berkomunikasi.
Entah bagaimana aku mencintaimu,
Tapi, begitulah, dan hari itu, kau pun tahu
Perasaanku.
Sekian.
#tseeeh..gimana?
Alay kan? #udah alay, bangga lagi.
Anggap aja tulisan pujangga dari manaaaa gitu.
#Aku juga heran mengapa bisa menulis ini -____-‘’
Okelah, enough.
@diyasang
0 komentar:
Posting Komentar