RSS

Tidak semua

Wah, cukup lama saya menatikan waktu untuk ngeblog-ria seperti sekarang. Bayka banget seharusnya info yang diupdate.
Saya akui akhir-akhir ini saya terlalu sibuk dengan kesibukan yang wajar sih, karena kewajiban yang kita punya lebih banyak dari waktu yang tersedia, kata Hassan Al Banna.

Mau bahas apa ya?
Mau cerita aja, bahwa sesungguhnya, saya mendapatkan pelajaran satu ( atau bahkan banyak ) pelajaran dari pengalaman saya sehari-hari.
Saya mengetahui satu hal, bahwa, ketika kita sedang bahagia, hanya beberapa orang saja yang benar-benar bahagia dengan kebahagiaan kita. Ya, itu seringa saya alami.
Misalnya, ketika saya mengutarakan cita-cita saya di hadapan teman-teman, hanya beberapa yang menanggapi dengan ikhlas atau bahkan sungguh-sungguh ikut mendoakan cita-cita saya.
Pernah saya mengutarakan dengan semangat tujuan dan target saya, misalnya yang simple, bahwa saya ingin dan akan tamat dengan cumlaud dan 4 tahun maksimal. Simple, kan? Semua mahasiswa juga berkeinginan seperti itu. Tapi yang ada, ketika saya mengatakan itu, tidak sedikit yang tersenyum kecut dan diam. Ya, mungkin dia mendoakan dalam hati ( positif thinking….) dan yang agak sakit, ketika yang berkomentar, ‘’Ga mungkin bisa, THP susah…’’
‘’Jangan sombong kali…’’
‘’Yah, moga-moga ajalah…’’

GubrakK.
Hei, kalo pesimis, jangan bagi-bagi sama saya donk… ><
Mendingan diem aja deh, daripada harus menyusuk dan melukai qalbu saya #tseeeh.
Ya, alhamduliillah, untung saya orangnya agak cuek,
Jadi, kata-kata yang sebenarnya ga penting, bisa dimaklumi dan hush..go out!

Ya, mungkin saya juga harus introspeksi diri,
Ketika menyampaikan itu, mungkin terbesit sikap takabbur dan sombong dalam penyampaian. A’udzubillah…

Tapi, ada juga teman yang sangat mendukung bahkan sampai-sampai saya sendiri kaget setengah waras.
‘’Wah,,ayo dyah..semangat….!’’ Ucapnya sambil tersenyum tulus. Saya dapat membacanya.
‘’Amiiin,,insyaAllah ya, insyaAllah…’’ ucap yang lain dengan calm nya dan wajah teduh yang membuat saya semakin semangat dan senyum penuh tekad.
Padahal, saya Cuma ingin berbagi semangat aja. Tapi ya, namanya juga manusia, beda-beda cara pikir dan pandangnya.


Pernah juga, pengalaman yang penuh hikmah saya alami sendiri.
Ketika itu, di kelas, lagi pelajaran BIOKIMIA.
Dosennya mengadakan system cerdas cermat.
Deg-degan sih. Allah tau aja kalo saya belum siap, saya belum dipanggil-panggil untuk bertanding. Hhe.
Ketika giliran terakhir, barulah nama saya dipanggil.
Jadi, peserta cerdas cermat dibagi 3 kelompok yang masing-masing terdiri dari 2 orang. Dan ketika itu, untuk cewenya, tinggal 4 orang lagi, kita sebut aja tinggal saya, Rima , Ani, dan Rosa.
Dan ketika itu, saya dipilih dosen sekelompok dengan Rima, yang saya tau, dalam soal hapal-menghapal, Rima adalah orang yang bisa dibilang hapal buku. Saya dan Rima saling senyum dan ber cas tangan.
Lawannya ya tentu Ani dan Rosa yang dianggap teman-teman biasa saja.
Mengetahui saya sekelompok dengan Rima, teman-teman pada protes.
‘’Ga adil buk…ga adil kelompoknya….’’
‘’Ga imbang tu buk…wuu…..’’
‘’Ganti…ganti….’’

Saya cuma diam mendengar kata-kata mereka yang entah ditujukan pada siapa sebenarnya.
Kenapa mereka begitu tidak percaya pada Ani dan Rosa? Kenapa mereka gay akin kalo Ani dan Rosa bisa?
Oke, ini masalah kecepatan. Saya yakin, semua yang ada di kelas ini sudah mati-matian menghapal materi. Bahkan yang saya tau, ia yang malas sekalipun. Mungkin, inilah, mengapa Allah membuat saya di giliran terakhir, agar saya lebih banya melihat. Dan saya lihat memang. Mereka yang malas, dapat menjawab soal yang sebenarnya agak susah dijelaskan. Tapi, Look it!

Ini masalah kecepatan. Udah.
Saya dapat melihat itu. Ketika saya sekelompok dengan Rima, Rima begitu cepat menjawab. Saya banyak diam dan senyum aja. Toh, dia lagi semangat-semangatnya jawab. Kalo udah agak blank, baru saya tambah-tambahi.
Sebenarnya saya juga udah hapal mati tu materi. Cuma untuk kali ini, saya ga bisa memberontak dengan kata-kata teman-teman. Saya bingung mau bilang apa. Nanti, kalo membela diri, saya dibilang ini..Kalo gini..jadi gitu..Yah, jalan aman, daripada daripada, mendingan mendingan deh.

Saya tidak tau, apakah memang semua, mendukung ketidak pas an kelompok itu. Ada satu orang yang saya dengar dari belakang, dengan berani mendukung saya disaat yang lain berkebalikan, simple sih, tapi buat saya ketawa sendiri,
‘’ayo dyah..semangat..’’.
Padahal, saya tidak begitu dekat dengan dia, sebut saja Ramzi.

Terlihat memang, siapa yang benar-benar mendukung, pura-pura mendukung dan benar-benar tidak mendukung. Saya coba tanya tanggapan ke teman-teman, yah, rata-rata menjawab, ‘’memang sih, tidak cocok kelompoknya..’’ Fyuh..#Siapa suruh nanyaaaa, Dyah!!!  ><

Saya bersikap biasa aja, walopun sebenarnya kami memang menang.
Tapi kemenangan yang saya rasa, rasa nya hambar banget. Hush, astaghfirullah, ga bersyukur.
Astaghfirullah..
Ya, untuk disini, saya belum menemui, orang yang berani membela saya terang-terangan ketika saya benar dan saya disalahi.
Mungkin takut, atau ambil jalan aman.
Saya terkadang sedih,
Ya tapi mungkin, tidak terang-terangan, tapi di balik layar. Tidak semua orang punya sikap berani berpendapat, walaupun pendapatnya itu benar sekalipun.

Tapi saya teringat teman saya pada masa dulu.
Saya habis di marah-marahi, dan teman saya ini dengan lantang menjawab,
‘’Dia ga segaja buk, pak, bang, kak ( lupa saya, sama siapa dimarahi ) -_-‘..!’’
Yang membuat saya hampir menangis karena dibelain mati-matian kayak gitu. Terharu, bo’…Hiks.Hiks.
#bisa nangis juga?
Hey, plis deh.

Ya, Cuma berbbagi cerita aja,
Pikiran manusia itu luas,
Belum tentu apa yang kita senangi, membuat yang lain senang juga.
Begitu juga ditegaskan dalam QS. Al Baqarah 216, ‘’ Bisa jadi, sesuatu yang tidak kau suaki, itu baik bagimu dan yang kau sukai tidak baik bagimu. Allah mengetahui sedangkan kamu tidak..’’ .

Dan itu pernah juga saya alami.
Ketika saya mati-matian berusaha ingin satu grup dengan seseorang, tapi ternyata, hasilnya tidak lebih baik. Ya Rabb. Adalah tidak bersyukurnya, ketika saya meminta sama Allah dan dikabulkan, saya malah tidak bersyukur.
Trus, pernah juga, ketika dibagikan kelompok lab.
Saya melihat, kelompok saya laki-laki semua dan saya kurang begitu saya kenal dekat.
Oh Allah..
Ketika melihat itu, saya sempat menarik nafas.
All is well..
Saya menenagkan hati saya.
Pasti terbaik!

And then, apa?
Saya sangat bahagia sekelompok dengan mereka.
Asyik dan tidak ada beban yang begitu memusingkan.

Intinya, untuk sekarang, saya tidak mau memaksakan kehendak.
Masalah mimpi, jelas. Saya memasang mimpi. Meletakkan di kening saya tiap hari. Tapi ketawadhu an juga penting selain keoptimisan dan kerja keras.

Dan, sekali lagi, saya ingatkan,
KEKUATAN DOA itu, sangat SPEKTAKULER.
Mo bukti???
:D

@diyasang

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar: