Kali ini, tanpa basa basi aku hanya
ingin ingin bercerita tentang mereka. Mereka yang yang tidak pernah mengajari
senioritas di kampus, namun mengajarkan ukhuwah. Mereka yang membuatku merasa
lebih baik. Mereka yang ketika bersama mereka, selalu ada cinta walau bahkan
ketika sedang berkelut dan saling berpendapat. Mereka yang saling berlomba
untuk mengisi ruhiyah agar menjadi manusia paripurna. Mereka, mereka dan mereka
yang insyaAllah kucintai karena Allah. Mereka, para manusia yang terhimpun di
LDK Al Ihsan.
LDK Al Ihsan adalah nama lembaga
dakwah di fakultas pertanian. Memang, dari semua LDF di kampus, cuma nama LDF
ini lah yang bernama LDK. Aku juga kurang tau mengapa, tapi ini pertanda,
pertanda bahwa Al Ihsan tidak hanya berdakwah untuk fakultas namun untuk kampus
#eaaa.
Aku bergabung untuk pertama kalinya
ketika aku menjabat sebagai adik kelas yang paling kecil, yakni tahun 2010. Aku
juga tidak begitu ingat bagaimana aku bisa menjadi salah satu bagian dari
mereka. Yang aku ingat adalah, ketika itu, untuk cewenya yang 2010 yang lumayan
aktif dan selalu ikut rapat adalah aku dan Tina, temanku. Jadi semenjak itu,
kami selalu diberikan wajihah ( tugas ) untuk menjadi PJ, membuat brosur, ini
itu, dll. Dan untuk pertama kalinya, tugas terberat pertamaku adalah mengurusi
acara yang cukup besar ketika itu, CINTA RASUL 5 ( CR V ).
Entah mengapa ketika itu, kakak
amirahnya menyebutkan namaku sebagai pengganti PJ lain yang sedang mengikuti
baksos. Ya Allah, rasanya aku mau nangis disitu. Aku menjadi PJ Kestari dan
mengurusi berbagai surat untuk pertama kalinya. Namun, walaupun begitu, aku
sekarang tau bagaimana membuat surat, mengantarkannya dimana saja dan
bagaimanna bekomunikasi dengan instansi yang terkait dengan surat yang kami kirim.
Ini benar-benar pengalaman.
Dulu, ( dulu ya, sekarang insyaAllah
enggak, hehe ), aku merasa aku sangat manja, alias kader yang manja. Semuanya
menuntut ini-itu, harus ini-itu, gak mau ini-itu, dll. Ingat sekali, pengalaman yang paling memalukan
bagiku adalah ketika itu rapat, hanya ada aku, Kak Rahmi, Kak Adel, Bang Andi,
Bang Safwan dan Muri. Ketika ingin diberikan wajihah, aku malah bertanya
tentang bagaimana caranya ikhlas. What de..??#Andai aku bisa bunuh diri ketika itu sudah kulakukan T.T . Agh, kalau mengingat itu lagi,
rasanya aku mau nyemplung ke laut, ambil rumput laut dan mengolahnya menjadi
agar-agar (?). Haduuuuh, rasanya pengen lepas ini muka dan disimpan dalem-dalem
di kotak rahasia. Malu sekali. Malu sekali kalau diingat-ingat lagi!
Emang sih, yang aku rasakan, LDK
yang dulu berbeda dengan LDK yang sekarang. Apalagi aku sempat sedikit lumayan
lama vakum karena sibuk berwirausaha alias tidak ‘bersama’ untuk beberapa
waktu. Kalau harus jujur, memang aku sempat jenuh, lelah, capek, bosan, apalagi
ketika aku menjabat sebagai wakil ketua departemen Syiar. Perbedaan pendapat,
kesibukan yang padat, belum lagi tugas, wajihah acara, permasalahan personal,
dll, meumpuk jadi satu, berat sekali rasanya kepala dan pundak ini. Aku merasa
semua ini kurang adil dan mereka kurang peduli.
Suasana LDK yang dulu cukup abu-abu,
kurang keceriaan, angker, ya walaupun kalau berbicara masalah semangat dan
militansi, LDK Al Ihsan yang terkenal sekampus, hehehe.
Mengapa aku
katakana angker? Dulu, *ikhwan-ikhwannya jarang sekali berinteraksi dengan
*akhwatnya. Maksidnya untuk senyum, saling sapa itu kurang sekali. Bahkan
keseringan beradu pendapat, saling mempertahankan ego, dll. Apa mungkin karena
aku masih ‘anak kecil’ sedang mereka sudah ‘dewasa’, atau karena juga hanya aku
sendiri di lettingku ketika itu ( karena temanku Tina tadi pindah fakultas )
sehingga membuatku merasa kurang bersemangat dan merasa tidak punya teman
seangkatan? Entahlah, ketika itu yang aku rasakan aku hanyalah kader yang
manja, suka mengeluh, suka menuntut dan terlalu frontal dengan sebuah pertanyaan
di acara temu kader, “ Mengapa rapat musti pakai hijab kalau di mushalla? Kan
seharusnya kita bisa jaga hati?”, “kenapa akhwat-akhwat musti pakai jilbab
berlapis-lapis kayak gitu? Kalau satu lapis gapapa, kan?” . “ Kenapa musti
manggil akhi-ukhti? Ana-antum?” dan beribu “kenapa” lainnya. Oh Tuhaaaaaaannnnnn!!!! Mungkin dulu
kayaknya aku sering jadi bahan pembicaraan kali ya? -_-‘’
Dan untuk
pertanyaan pertama, dijawab dengan sangat halus dan mengena oleh seorang ikhwan
senior ketika itu, “ Ukhti, masalah mengapa behijab ketika rapat, kita tidak
tahu isi hati seseorang. Mungkin saja ukhti bisa menjaga hati ukhti, namun yang
lain belum tentu..”. JLEB. Ketika itu entah mengapa aku serasa ditampar pakai
sapu lidi. Dan untuk pertanyaan kedua aku mendapatkan sendiri jawabannya ketika
(Alhamdulillah) aku telah mengenakannya. Ah, padahal dulu aku sangat membenci
“jilbab lapisan” ini, sekarang mengapa aku malah mengenakannya????? Kenapa
musti manggil ana, antum, akhi, ukhti, ya itu panggilan bahasa Arab dan aku
baru tau bahwa salah satu wasiat Hasan Al Bana ( kalau mau tau beliau, baca aja
di google ), “ Pelajarilah bahasa Arab…”. Fine, perlahan, “kenapa” ku itu
akhirnya terjawab semua.
***
Suasana LDK sekarang berubah sangat
nyata. Kini, aku sebagai kakak yang punya 3 adik. Selain aku masih punya
“kakak”, aku punya adik 2011, 2012, 2013. Namun ketika itu, aku sempat ‘keluar’
sementara dari LDK. Kenapa? Selain aku sibuk berwirausaha, tugas lab, dll, aku
merasa aku seperti ‘bebas’ yang sebenarnya entah dalam artian yang bagaimana.
Memang, untuk jurusanku, semester 3 sampai 6 itu luar biasa padat dan menguras
otak dan energy. Sebenarnya wajar juga jika aku harus jenuh dan sakit kepala
karena banyaknya beban yang bertumpuk. Belum lagi aku bersama teamku yang
sedikit bermasalah untuk wirausaha ini. Agh..semuanya campur aduk jadi satu
dan oke, aku memutuskan untuk vakum dari LDK.
Aku sibuk bersama teman sekelasku.
Aku banyak menghabiskan waktu di kantin, bercanda ria, bermain gitar,
bercengkrama, dll. Bahkan untuk shalat saja, aku tidak pernah lagi di mushalla
Al Ihsan, paling sekali-sekali. Terkadang ada rasa canggung dan malu juga
ketika aku ke mushalla berjumpa dengan ‘mereka’. Tapi ya, biarkan saja dulu aku
seperti ini. Puncaknya adalah ketika aku melaksanakan kegiatan Praktek Lapang
di Bandung. Yeah, aku merasa seperti burung yang baru bebas dari sangkar! Aku
bisa melakukan apa saja yang menurutku baik tanpa ada yang memantau, tanpa ada
nasihat tanpa ada saran. Aku bebas!
Sampai aku merasa, kebebasan itu
menjenuhkanku. Aku merasa kosong, hampa, dan kurang siraman hati. Entahlah, aku
merasa ada yang hilang dan keruh. Selama liburan, halaqahku pun juga liburan.
Ibadahku menurun. Aku ( sebenarnya ) merasa kacau di tengah kebahagiaan itu.
Allah mengajakku kembali dengan
keMahaHalusan Nya. Wirausaha yang aku bangun bersama team akhirnya kami
putuskan untuk bubar dikarenakan ketidakcocokan diantara kami. Dan akupun mulai
menginjakkan kaki di semester 7 dimana mata kuliahnya juga semakin sedikit.
Aku, kembali ke tempat asalku, LDK Al Ihsan.
Aku merasa, ini seperti ucapakan
keluhanku yang (sangat ) dulu, ketika kami temu kader. Moderator bertanya tentang
perasaan kami satu persatu dan aku menjawab, “Sebenarnya, saya semangat sekali
berada disini, tapi ga tau mengapa semangat itu tidak ada, gak tau mengapa saya
seperti ini, tidak semngat seperti ini, tapi sebenarnya saya semangat. Dan
kalau harus jujur, tidak ada sedikitpun niat saya untuk meninggalkan LDK ini,
tidak ada”. Nah, itu sudah aku garis bawahi pernyataan yang aku lontarkan
secara sadar tak sadar. Aku ingat, ternyata aku pernah mengatakan hal itu.
Mungkin ketika itu, perkataanku itu dikabulkan Allah dan menjadi do’a
tersendiri untukku. Walau bagaimanapun usahaku untuk meninggalkan LDK ini,
cepat atau lambat akan kembali lagi.
Ya, aku kembali untuk pertama
kalinya dan sangat disambut oleh “mereka” yang luar biasa. Subhanallah. Mereka
bahkan tidak pernah meninggalkanku, tidak pernah mencemooh karena aku yang dulu
keluar, tidak pernah menjauhiku, namun sebaliknya. Mereka memberikan semua
cinta yang ada. Aku pun mendapatkan “The real love” yang dulu aku cari.
Ternyata di depan mataku sendiri.
Aku mulai ikut serta untuk beberapa
kegiatan dan aku merasa aku sudah cukup matang dan dewasa untuk menghadapi
berbagai permasalahan yang ada di LDK. Aku sudah mengungkapkan semuanya ketika
konsolidasi akhwat. Tentang mengapa aku keluar, apa yang aku dapat, dan
perasaanku. Tak kusangka, pernyataan-pernyataanku itu ditanggapi dengan sangat
baik oleh amirahnya, kak Wirda. Bahkan beliau mengatakan, ingin sekali mendengar pernyataanku selama ini. Aku rasanya ingin menangis haru. Dan pernyataan
yang membahagiakanku adalah ketika seorang adik berkata kepadaku dengan
frontalnya, “ saya entah mengapa senang sekali kakak kembali lagi kesini,
shalat disini lagi, kumpul disini lagi. Saya semangat kalau kakak semangat.
Beneran! “. Entahlah, ketika itu aku merasa dia sedang menyatakan cinta. Aku
pun merasakan hal demikian, ketika mereka semangat, akupun semangat. Aku sedih
ketika memang ada ( walalupun sedikit ) permasalahan yang terjadi di LDK, apapun
itu.
Kini, LDK Al Ihsan lebih berwarna
karena telah digandrungi oleh adik-adik yang super kreatif, super ceria, super
semangat. Boleh la ya, aku menuliskan nama “mereka” disini satu persatu mulai
dari alumni ( yang aku kenal ) saja. Sebelumnya saya mau mengatakan bahwa
mereka ini semua, adalah orang yang cerdas. Super cerdas!
Letting 2006 : Bang Habib, Bang Muttaqin, Bang Didi.
Letting 2007 : Bang Alfiyan, bang Sanusi, bang Andi, Kak
Dian, Kak Iski.
Letting 2008 : Bang Hafiz, bang Iqbal, bang Safwan, kak
Adel, kak (almh) Hera, kak Yanti, kak Eca, kak Riza, kak Risma ( kok hampir
jurusan SEP semua ya? ).
Letting 2009 : Bang Birri, bang Safar, bang Zai, bang
Arman, bang Muslim, kak Eva, kak Dinda, kak Rini, kak Wirda ( ini baru THP
semua ), kak Rahmi, kak Irni, kak Erin, kak Desi.
Letting 2010 : Muri, Al, Syauqi, aku, Zakia.
Letting 2011 : Kaswindi, Suroso, Nasriyanto, Iqbal, Fitri,
Nisa, Ita, Saufa, Muli, Mega.
Letting 2012 : Heri, Harki, Syakir, Tiara, Rahmi dj,
Zahraturrahmi, Linda, Indah, Salsa
Letting 2013 : Dimas, Wani, Rahmi, Syamsiyah, Lisa, Syukran, Zana, Ray dll
0 komentar:
Posting Komentar