.........
Bagaimana
rasanya ketika apa yang kita inginkan, namun orang lain yang mendapat, padahal
kita merasa, kita udah kerja keras mendapatkannya?
Nah, rasanya seperti ini,
saya mau sedikit share tentang itu, yap, pengalaman saya.
……………………………………
IP itu…
Siapa
sih mahasiswa yang ga berharap dapet IP sempurna ( 4,0 )? Alhamdulillah waktu
semester 2, saya mendapatkannya. Rasanya? Gelo’, seneng banget lah.
Banget-banget senengnya.
Dan sekarang saya semester 4. Waktu semester 3, IP saya
turun 0,3 dan saya rasa itu ga turun, karena sesuai dengan sks yang bertambah (
alesan -_-‘’ ), semester 4 ini, saya naik lagi 3,857.
Alhamdulillah.
Saya memang menargetkan semester ini dapat IP 4 lagi (
rasanya puas aja ), yah, kepuasan seseorang berbeda-beda. Kalo harus jujur, ya,
saya ga cukup puas dengan hasil semester ini. Karena saya (cukup) mati-matian
belajar walopun cukup mati-matian juga untuk main-main. Hehehe. Tapi ya,
fabiayyi alaa irabbikumaa tukadzziban?
Bagaimana rasanya mendengar ketika seorang temanmu yang
mendapatkan itu?
Ah..susah. Antara senang dan gimana gitu. Kalo harus senang,
ya senang, tapi saya juga kesel dan cemburu. Bagaimana tidak. Untuk salah satu
nilai, ada ketidakadilan yang saya dapat dari seorang dosen. Pengaruh? Lumayan.
Seharusnya saya bisa mendapatkan lebih. Saya tidak mau
mencari-cari alasan perihal seorang teman yang bisa mendapatkan itu. Ya, mungkin
memang hasil kerja kerasnya. Alangkah indahnya jika itu memang usahanya
sendiri.
Ya, mungkin teman-teman berpikiran bahwa ada apa dengan
saya, mungkin saya memang kesal, tapi santai aja, saya punya seorang guru
terbaik, diri saya.
Dia mengatakan bahwa, ‘’ketika kau menang, tidak usah
berlebihan dan ketika kau terjatuh, tak usah beralasan’’. Cukup bijak. Dan saya
mendapatkan kalimat itu dari sebuah tulisan.
Ya, untuk masalah IP? Ah, itu hanya nilai di atas kertas (
kata seseorang kepadaku ). Dan saya setuju, itu hanya nilai di atas kertas.
............................
Universitas itu…
Nah,
untuk universitas, bagaimana rasanya ketika kau belajar mati-matian untuk masuk
universitas favorit dan temanmu yang santai-santai malah mendapatkannya?
Rasanya, jujur, SAKIT.
Ketika SMA, universitas impian saya adalah Institut
Pertanian Bogor ( IPB ). Ga Cuma itu sih. Ada juga yang sangat saya
agung-agungkan dulu Universitas Gadjah Mada ( UGM ), kenapa? Karena Gadjah Mada
itu kekasihnya Dyah Pitaloka, hehehe.
Dan sejak dulu, saya memimpikan masuk arsitektur, karena
saya suka gambar dan design interior.
Namun tidak dapat restu dari ibu-bapak saya. Oke, walaupun
terpaksa ngalah, saya harus ngalah. Saya disuruh jadi guru. Saya ga mau. Bukan
bakat saya.
Ibu saya berkata, ‘’guru sekarang gajinya blablabla…’’
Stress saya. Kalo ga suka, bagaimana bisa dijalani?
Trus, saya mencoba menyampaikan keinginan untuk belajar di
IPB. Hasilnya? Belum apa-apa saya langsung tidak disetujui. Terlalu jauh dan
tidak ada saudara disana. Alasan yang tepat dan konyol.
Saya sadar, mungkin ortu khawatir karena saya anak perempuan
satu-satunya.
Oke, saya terima.
Oke, saya terima.
Saya konsul ke guru konseling untuk jurusan yang tepat.
Beliau mengatakan bahwa pertanian sedang marak dan Indonesia negara agraris.
Beliau juga mengatakan bahwa di dalam Al Quran juga ada tentang pertanian.
Disuruh bercocok tanam. Dan banyak juga kiasan yang berhubungan dengan
pertanian, seperti berbuat kebaikan layaknya tanaman yang mempunyai 7 tangkai
dan masing-masing berisi 10 butir. Cerita Habil yang mempersembahkan hasil
pangan untuk Allah, orang beriman layaknya pohon yang akarnya kuat dan
batangnya tegak, dll. Dan saya cukup puas ketika itu mendengar jawabannya.
........................
Saya sadar, kelulusan saya di Unsyiah, Fakultas Pertanian
banyak tidak didukung kecuali hanya orang-orang tertentu.
( Awalnya ) Ibu saya sangat-sangat tidak setuju saya kesana ketika itu,
wali kelas saya biasa saja ketika saya menyampaikan berita ini, teman-teman
lain juga biasa ( tidak dengan kelulusan teman lain yang lebih wah ), tetangga,
saudara, dll.
Orang yang benar-benar menyejukkan hati saya adalah bapak
saya ( makanya saya sangat sangat respect pada beliau ), sepupu saya ( padahal
ia lulus di USU ), dia mengatakan, ‘’ga usah dengar kata-kata orang lain, mereka
hanya iri..’’. Sumpah, pada waktu itu, saya tentrem banget dengernya sehingga
segala ocehan orang-orang bagai angin lalu di telinga saya.Dan beberapa orang teman.
Saya semakin kesel dan gondok dan tetep kekeuh ingin ke Aceh
apapun yang terjadi. Oh jelas, saya memberontak kata-kata ibu saya, orang lain
dan semua. Saya kesel sama mereka. Kesel banget!
Apa? Banyak hal yang saya dapatkan disini ( Aceh ) sekarang
untuk progress diri saya, insyaAllah.
Dan ketika mendengar sepupu saya yang biasa aja, tapi lulus di universitas favorit di Sumatera Utara itu juga adik saya yang juga selengek’an
lulus di Univ, itu, juga teman-teman lain yang lulus di IPB, yah, apa boleh
buat. Saya tau, ketika mengikuti tes, saya les, belajar mati-matian, dll, namun
tidak sesuai dengan apa yang saya inginkan. Itu rezeki mereka. Dan ini rezeki saya. Allah memberi apa yang kita butuh, bukan yang kita pinta dan mungkin saya kurang serius kali,
hehehe.
…………………………………..
Selama ini saya mungkin lupa, bahwa Allah telah banyak
mengabulkan keinginan-keinginan saya.
Hanya saja saya terlalu banyak melihat rumput tetangga,
sehingga melupakan rumput di halaman sendiri.
Alhamdulillah banget banget dan banget. Untuk sekarang, saya
udah kebal dengan yang begituan. Cemburu pasti ada donk, namanya kebaikan gitu.
Dan cemburu itu ga enak T,T ( susah, orang cemburuan gini ).
Dan terima kasih Allah, telah banyak memberikan karunia pada
saya,
San semoga hal ini bisa dijadikan pembelajaran untuk semua
terutama diri saya sendiri, amin.
Jadi, ketika orang lain yang dapat?
Ah..cari yang lain aja, hehehe..
Inna fatahnaa laka fathamm mubiinaa..
#SalamPemberani!
@diyasang
0 komentar:
Posting Komentar