Hah..sudah
lama aku tidak menyentuhmu, blogku. Kali ini aku akan menyentuhmu lagi.. Cling…
Indahnya persahabatan itu, ternyata
tidak lepas dari yang namanya cobaan ya. Aku ingin sedikit bercerita tentang
kebodohanku dan keagungan Tuhan.
Ketika itu,
aku merasa sangat hancur sehancur-hancurnya. Bagaimana bisa? Jadi, sejak
semester 5, aku dan Hana ( tetep, nama harus disamarkan ) sudah bertekad dan
berjanji bersama untuk melakukan penelitian bareng. Maklum, semester udah
bertambah begitu juga umur yang semakin tua. Semester 6, para mahasiswa letting
2010 panik soal judul penelitian. Aduh, aku macam anak bego yang sok polos. Gak
pantes banget jadi mahasiswa. Ga tau mereka-mereka sedang membicarakan apa.
Penelitian, judul, pendaftaran, proyek. Sumpah, aku ga ngerti. Hiks.
Di saat kepanikan itu melanda semua
mahasiswa ( kecuali aku sepertinya ), dengan santai aku menjawab, ‘’aku
penelitian, semester 7 aja deh kayaknya…mau pokus kuliah dulu…’’. Dan aku juga
nanya sama dosen yang kupercaya, dan beliau juga mengatakan bahwa mending
diriku penelitian semester depan dan lagian aku dan teamku juga lolos
PKM-Kewirausahaan, Alhamdulillah. So, banyak yang harus difokuskan. Hatiku pun
tenang, ketika mendengar Hana juga akan penelitian semester depan bareng aku.
Dan ketika itu, aku, Hana dan 4
teman lain sedang duduk di ruangan jurusan dan cerita-cerita dengan santainya
sampai suatu kalimat keluar dari mulut Dina ( nama disamarkan juga ) yang
benar-benar membuatku hancur. Jadi ketika itu ada aku, Hana, Dina, Ezi, Putri dan
Weni ( nama samaran semua ). Ezi, Putri dan Weni udah ngajuin judul dan dapat
proyek ( insyaAllah ) dari seorang dosen. Dina tiba-tiba memanggilku dan
bertanya dengan tanpa bersalahnya, ‘’Di, Hana penelitian bareng Dina ya..’’.
Praaaakkk!
Seketika itu aku bagai ditampar pake piring kaca. ‘’Maksudnya? Penelitian
berdua?’’ . Pertanyaan bodoh yang udah jelas ada jawabannya harus kutanyakan
lagi. ‘’Iya…..’’ Jawab Dina, SANTAI.
Aku melihat kearah
Hana, dan dia hanya diam, MENGIYAKAN semua yang dikatakan Dina.
Hatiku benar-benar hancur. Bagaimana
bisa, Hana memutuskan sebegitu mudahnya. Aku geleng-geleng kepala ga percaya
dan mood ku berubah 180 derjat dan sejak saat itu, aku tidak menyukai Hana yang
dulu kupercaya. Aku juga membenci Dina yang kurasa dengan sangat mudahnya
merebut Hana dariku. Entahlah. Pikiranku kacau. Aku terdiam dan segera keluar
ruangan dengan hati kesal, marah, sedih,
kecewa, campur aduk. Dan aku sempat nangis kecil di perjalanan.
Semenjak
saati itu, aku tidak menegur Hana ataupun yang lainnya. Hatiku terlalu sakit.
Dan posisi Hana juga udah menurun dalam hatiku. There’s no special again.
Bagaimana mungkin dia tega..’’ itu yang masih bersarang di pikiranku. Oke,
fine. Aku merasa seperti dikhianati. Beginikah rasanya? Jika iya, benar kata
orang-orang itu, ‘’sakitnya dikhianati..’’ itu memang benar!
…..
Kehancuran hatiku semakin bertambah
ketika tak seorang pun memberikan informasi kepadaku, bahkan tidak menawarkan.
Hanya seorang yang menawarkan bekerja sama denganku. Hanya saja, aku tidak
tertarik denngan judulnya, jadi kutolak dengan baik. Dan suatu hari, ‘mereka’
lagi, menawarkanku menjadi partner seorang teman untuk mengerjakan proyek
dosen. Aku kesal bukan main. Kenapa disaat sudah ga ada orang lain yang mau,
baru aku ditawari? Kenapa aku jadi yang terakhir? Apa yang salah denganku?
Kenapa begitu? Aku merasa orang-orang tidak adil padaku. Jelas aku menolak
tawaran itu. Selain karena aku udah gak mood, partner juga kurang pas denganku.
Aku tau dia orang baik Tapi kita mampu membaca sinyal yang sesuai dengan kita
atau tidak. Aku pernah bekerja sama dengannya dan hasilnya tidak bagus. Aku
bukan menyalahkannya, hanya saja radarku dan radarnya ga cocok. #jeh, radar?
Dan entah mengapa, ketika itu, dunia
memang tidak adil bagiku. Akupun bingung harus cerita pada siapa. Ada ya
saat-saat seperti itu?
Ketika aku
di jurusan, aku bertemu dengan ‘mereka’ lagi dan kulihat mereka sibuk berjumpa
dengan seorang dosen, jangan-jangan ada proyek lagi. Ah sudahlah! Aku tidak mau
ambil pusing soal mereka. Aku coba melapangkan hati, walau sulit.
Ketika lagi
duduk-duduk, terbongkarlah bahwa mereka melakukan undian untuk melihat tempat
sebuah proyek dosen. Astaghfirullah…aku semakin suudzan. Hatiku semakin panas
dan coba menenangkan hati. Dalam hatiku, apa salahnya sukses bareng-bareng?
Bukankah kata Ippho Santosa, untuk sukses, maka sukseskan juga lah orang lain.
Kenapa mereka tidak membaginya saja padaku? Ya Allah, hancur hatiku, ampunilah
aku…
Aku bercerita pada temanku yang
lain. Dia berkata, ‘’di, rezeki itu ga kemana. Itu berarti rezeki mereka.
Rezeki ga pernah salah alamat.’’ Aku pegang kata-kata itu dan hatiku mulai
sedikit lapang.
…
Suatu hari, aku kembali konsul
dengan seorang dosen masalah penelitian dan beliau juga menenangkan hatiku.
Ketika aku keluar ruangan beliau, aku bertemu Ezi dan Putri. Ezi bertanya dan
menawarkan padaku tentang penelitian yang mereka lihat tempatnya kemarin. Aku
diam. Bingung. Antara iya dan tidak. Hati cenderung iya. Karena ini proyek,
jadi biaya penelitian pasti ditanggung. Apalagi berbahan kimia, pasti mahal.
Jadi aku berpikir 2 kali. Aku iyakan tawaran
itu. Dan aku kembali konsul ke dosen yang tadi aku konsul, beliau
mengatakan bahwa mintalah kekuatan pada Allah, beri jalan yang mudah. Karena
bisa jadi kita lihat sulit, sebenarnya mudah banget…’’. Hatiku kembali tenang.
Memang orang baik itu, adem sekali kata-katanya.
Aku menerima tawaran itu sesuai
kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat. Bismillah.
Dan aku
teringat tentang rezeki itu. Malunya aku pada Allah yang udah ngeluh segala
macam, udah suudzan, udah buruk banget. Sumpah, malu banget. Ternyata Allah
Cuma nguji. Itu rezekiku, hanya dibelok-belokkan dulu, tapi akunya malah
ngeluh. Ya Allah, malu banget..Astaghfirullah.
Begitulah kisahnya, oiya, aku pernah
bermimpi dan menulis bahwa aku akan penelitian gratis, maka sudah aku dapatkan
hal itu. Alhamdulillah. Dan segala macam urusannya dillancarkan Allah, padahal
aku telat daftar dan kumpul berkas. Dan dosen lain juga mengatakan, jika mau
dapat proyek, harus nunggu 1 tahun, ga mungkin semester depan. Aku terus
bersyukur dalam hati.
Sekarang,
yang bikin aku pusing lagi adalah Praktek Lapang ( PL ) dan KKN. Aduh…bulan 6
ini ada PL. Dan aku bingung bagaimana. Aku pernah bercita-cita akan PL di
Bandung dan aku yakin. Hanya saja aku belum tau tempatnya ( pabriknya ). Dan
waktunya mulai dari sekarang tinggal 3 bulan lagi. Gimana donk? Aku bingung di
masalah apakah akan bentrokan dengan penelitian, terus biayanya gimana? Aku
malu minta sama ortu, karena aku pernah minta 4 juta untuk sesuatu. Hiks. Dan
sekarang apa aku harus menyusahkan mereka lagi? Oh Tuhan. Aku pernah membaca
suatu kutipan, ‘’salah satu cara berbakti anak pada orangtua adalah dengan tidak
menghabiskan uang mereka’’. Mungkin untuk saat ini, itulah yang bisa
aku lakukan sebagai anak yang ingin berbakti dan budget untukku memang banyak
banget jika dibanding dengan sodara-sodaraku yang lain. Tapi aku yakin, Allah
pasti ngasi. Dia Maha Kaya. Aku mohon semoga aku dan teman-teman diberi
kemudahan. Karena aku juga mau sama-sama sukses. Beri aku jawaban sebelum
tanggal 18 ya Allah. Aku percaya pada keputusanMu dan lapangkanlah hatiku.
Hoah, jadi mahasiswa begitulah
resikonya. Alhamdulillah aku diberi kesempatan mengecap bangku perkuliahan.
Semoga aku bisa meraih cita-citaku ya Allah. Lanjut kuliah di luar negeri.
Amiin.
Bye,
wassalam..
@diyasang
1 komentar:
hhahaha....
dilema anak muda
Posting Komentar